BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sistem pencernaan
terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Fungsi sistem
pencernaan adalah memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh.
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri
atas 4 lapisan utama yaitu lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, dan lapisan
serosa (Junqeira dan Jose, 1980).
Saluran pencernaan
makanan terdiri dari mulut, kerongkongan (esophagus), lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Serta organ tambahan yang terdiri dari gigi, lidah,
kelenjar ludah, kandung empedu, hati, dan pankreas (Adyana, 2002).
Sistem reproduksi ada 2
yaitu sistem reproduksi pada wanita dan sistem reproduksi pada pria. Sistem
reproduksi pada wanita dan pria ini berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama.
BAB II
ISI
A. Sistem
Pencernaan
Saluran pencernaan
umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang
terdiri atas 4 lapisan utama yaitu (Junqeira dan Jose, 1980) :
1.
Lapisan mukosa terdiri atas :
a.
epitel pembatas
b.
lamina propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang
yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan
limfe
dan sel-sel otot polos, kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid, dan
c.
muskularis mukosae.
2.
Submukosa terdiri atas jaringan
penyambung jarang dengan banyak pembuluh
darah
dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), dan kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan
limfoid.
3.
Lapisan otot tersusun atas:
a.
sel-sel otot polos, berdasarkan
susunannya dibedakan
menjadi 2 sub lapisan menurut arah utama sel-sel otot
yaitu sebelah dalam
(dekat lumen), umumnya
tersusun melingkar (sirkuler),
pada
sublapisan luar,
kebanyakan memanjang (longitudinal).
b.
kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau Auerbach),
yang terletak antara 2 sublapisan otot.
c.
pembuluh darah dan limfe.
4. Serosa
merupakan lapisan tipis yang terdiri atas :
a. jaringan
penyambung yaitu jaringan
yang kaya
akan pembuluh darah dan jaringan adiposa; dan
b. epitel
gepeng selapis (mesotel).
Fungsi utama epitel mukosa saluran
pencernaan adalah:
1. Menyelenggarakan
sawar (pembatas), bersifat permeabel selektif antara isi saluran dan jaringan tubuh.
2. Mempermudah
transpor dan pencernaan makanan
3. Meningkatkan
absorpsi hasil-hasil pencernaan (sari-sari makanan).

1. Rongga
Mulut
Rongga mulut (pipi)
dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Atap mulut
tersusun atas palatum keras (durum) dan lunak (molle), keduanya

diliputi oleh
epitel gepeng berlapis. Uvula palatina merupakan tonjolan konis yang menuju ke bawah dari batas tengah palatum
lunak.
2.

Lidah


Lidah merupakan suatu
massa otot lurik yang diliputi oleh membran
mukosa.
Serabut-serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok dalam berkas-berkas,
biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada
permukaan bawah lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh
banyak tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papilae.
Papilae lidah merupakan tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya berbeda.
Terdapat 4 jenis papilae
yaitu :
1.
Papilae filiformis: mepunyai bentuk
penonjolan langsing dan konis, sangat
banyak,
dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung puting kecap (reseptor).
2.
Papilae fungiformis menyerupai bentuk
jamur karena mereka mempunyai tangkai
sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting pengecap yang tersebar pada
permukaan atas, secara tidak teratur
terdapat
di sela-sela antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya.
3.
Papilae foliatae, tersusun sebagai
tonjolan-tonjolan yang sangat padat
sepanjang
pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting kecap.
4.
Papilae circumfalatae merupakan papilae
yang sangat besar yang permukaannya
pipih meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate tersebar pada daerah “V” pada bagian
posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan
serosa
(von Ebner) mengalirkan isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi pinggir masing-masing papila.
Susunan yang menyerupai parit ini
memungkinkan
aliran cairan yang kontinyu di atas banyak puting kecap yang terdapat sepanjang sisi papila ini.
Aliran sekresi ini penting untuk
menyingkirkan
partikel-partikel dari sekitar puting kecap sehingga mereka dapat menerima dan memproses
rangsangan pengencapan yang baru. Selain
kelenjar-kelenjar
serosa yang berkaitan dengan jenis papila ini, terdapat kelenjar mukosa dan serosa kecil
yang tersebar di seluruh dinding rongga
mulut
lain-epiglotis, pharynx, palatum, dan sebagainya-untuk memberi respon terhadap rangsangan kecap.
3.
Pharynx

Pharynx merupakan
peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem
pernapasan dan pencernaan. Ia membentuk
hubungan antara daerah hidung dan
larynx. Pharynx dibatasi oleh epitel
berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada
daerah-daerah bagian pernapasan yang
tidak mengalami abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini, epitelnya toraks
bertingkat bersilia dan bersel goblet. Pharynx mempunyai tonsila yang merupakan
sistem pertahanan tubuh. Mukosa pharynx juga mempunyai banyak kelenjar-kelenjar
mukosa kecil dalam lapisan jaringan penyambung padatnya.
4.
Oesofagus

Bagian saluran
pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan makanan dari
mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa
tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan
kelenjar-kelenjar oesofagea yang
mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot hanya
terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan
polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
5.
Lambung

Lambung merupakan
segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi utamanya adalah menampung
makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi bubur yang liat yang dinamakan
kimus (chyme). Permukaan lambung
ditandai oleh adanya peninggian atau
lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi
epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut
menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik yang dinamakan gastric
pits atau foveolae gastricae. Sejumlah
kelenjar-kelenjar kecil, yang terletak
di dalam lamina propria, bermuara ke dalam
dasar gastric pits ini. Epitel
pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks
yang mensekresi mukus. Lambung secara
struktur histologis dapat dibedakan
menjadi: kardia, korpus, fundus, dan
pylorus.
6. Daerah
Kardia
Kardia merupakan peralihan antara
oesofagus dan lambung. Lamina proprianya mengandung kelenjar-kelenjar kardia turbular
simpleks bercabang, bergelung dan sering mempunyai lumen yang besar yang
berfungsi mensekresikan mukus. Kelenjar-kelenjar ini strukturnya sama seperti
kelenjar kardia bagian terminal oesofagus dan mengandung (dan mungkin sekresi)
enzim lisosom.
7. Korpus
dan Fundus
Lamina mukosa tersusun atas 6 jenis sel
yaitu:
a. sel-sel
mukus istmus terdapat dalam bagian atas kelenjar pada daerah peralihan antara
leher dan gastric pit. Sel-sel ini mengsekresi mukus netral yang membatasi dan
melindungi permukaan lambung dari asam.
b. sel-sel
parietal (oksintik) terutama terdapat pada bagian setengah atas kelenjar dan tersisip
antara sel-sel mukus leher. Sel parietal merupakan sel bulat atau piramidal
dengan inti sferis di tengah dan sitoplasma yang jelas eosinofilik. Sel-sel
parietal menghasilkan asam klorida (HCl) yang terdapat dalam getah lambung.
Pada kasus gastritis atrofikans, sel parietal dan chief cells keduanya jumlahnya
berkurang, dan getah lambung mempunyai sedikit atau tidak mempunyai aktivitas
pepsin. Asam yang disekresi berasal dari klorida-klorida yang terdapat dalam
darah di tambah kation (H+) yang berasal dari kerja suatu enzim-anhidrase
karbonat. Anhidrase karbonat bekerja pada CO2 untuk menghasilkan asam karbonat,
yang berdisosiasi menjadi bikarbonat dan satu H+. Kedua kation dan ion klorida
secara aktif ditanspor melalui membran sel sedangkan air akan berdifusi secara
pasif mengikuti perbedaan tekanan osmotik.
c. sel-sel
mukus leher terdapat dalam kelompokkan atau sel-sel tunggal antara sel-sel parietal
dalam leher kelenjar gastrik. Sekret sel mukus leher adalah mukus asam yang
kaya akan glikosaminoglikans.
d. chief
cells (sel zimogenik) mensintesis dan mengeluarkan protein yang mengandung
enzim inaktif pepsinogen. Bila granula pepsinogen dikeluarkan ke dalam
lingkungan lambung yang asam, enzim diubah menjadi enzim proteolitik yang
sangat aktif yang disebut pepsin.
e. sel-sel
argentafin juga dinamakan sel-sel enterokromafin karena afinitasnya terhadap
garam kromium serta perak. Sel-sel ini jumlahnya lebih sedikit dan terletak
pada dasar kelenjar, terselip antara sel-sel zimogenik.
f. sel-sel
yang menghasilkan zat seperti glukagon.. Sel-sel endokrin lain yang dapat
digolongkan sebagai sel-sel APUD (amine precursor uptake and
decarboxyllation) menghasilkan hormon Gastrin.
8.
Pilorus
Pada pilorus terdapat
kelenjar bergelung pendek yang mensekresikan enzim lisosim. Diantara sel-sel
mukus ke lenjar pilorus terdapat sel-sel gastrin (G) yang berfungsi
mengeluarkan hormone gastrin. Gastrin berfungsi merangsang
pengeluaran asam lambung oleh
kelenjar-kelenjar lambung. Muskularis mukosae lambung terdiri atas 2 atau 3
lapisan otot yang tegak lurus menembus ke dalam laminan propria. Apabila otot
berkontraksi akan mengakibatkan lipatan pada permukaan dalam organ yang
selanjutnya akan menekan kelenjar lambung dan mengeluarkan sekretnya.
9. Pergantian
(turnover) Mukosa Lambung
Selain untuk mengganti
sel-sel epitel yang mengelupas setiap hari, membran mukosa lambung dapat
mengalami regenerasi bila cedera. Aktivitas
mitosis terutama dilakukan oleh sel-sel
leher kelenjar. Kecepatan pembaharuan selsel epitel ini sekitar 5 hari. Epitel
pembatas lambung hidupnya singkat, dan sel-sel terus menerus mengelupas dalam
lumen. Sel-sel ini dengan lambat berdiferensiasi menjadi sel partietal dan
chief cells (sel zimogenik).
10. Usus
Halus
![]() |
Usus halus relatif
panjang kira-kira 6 m dan ini
memungkinkan kontak
yang lama antara makanan dan enzim-enzim
pencernaan serta antara hasil-hasil
pencernaan dan sel-sel absorptif epitel
pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Membran mukosa usus
halus menunjukkan sederetan lipatan permanen
yang disebut plika sirkularis atau
valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang kecil yang merupakan
muara kelenjar tubulosa simpleks yang
dinamakan kelenjar intestinal (kriptus
atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjarkelenjar intestinal mempunyai epitel
pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas).
Mukosa usus halus
dibatasi oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak
adalah sel epitel toraks (absorptif),
sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin.
1. Sel
toraks adalah sel-sel absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang
mengalami spesialisasi yang dinamakan ”striated border” yang tersusun atas
mikrovili. Mikrovili mempunyai fungsi fisiologis yang penting karena sangat
menambah permukaan kontak usus halus dengan makanan. Striated border merupakan
tempat aktivitas enzim disakaridase usus halus. Enzim ini terikat pada
mikrovili, menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida, sehingga mudah
diabsorbsi. Di tempat yang sama diduga terdapat enzim dipeptidase yang
menghidrolisis dipeptida menjadi unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel toraks
usus halus lebih penting adalah mengabsorbsi zat-zat sari-sari yang dihasilkan
dari proses pencernaan.
2. Sel-sel
goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih sedikit dalam
duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan glikoprotein
asam yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa pembatas usus halus.
3. Sel-sel
Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan sel eksokrin
serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan
memegang peranan dalam mengawasi flora usus halus.
4. Sel-sel
endokrin saluran pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara
lain: sekretin, dan kolesistokinin (CCK). Sekretin berperan sekresi cairan
pankreas dan bikarbonat. Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi kandung
empedu dan sekresi enzim pankreas. Dengan demikian, aktivitas sistem pencernaan
diregulasi oleh sistem saraf dan hormon-hormon peptida.
11.
Lamina propria sampai serosa
Lamina propria usus
halus terdiri atas jaringan penyambung jarang dan
pembuluh darah dan limfe,
serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos. Tepat di
bawah membrana basalis, terdapat lapisan
kontinyu sel-sel limfoid penghasil
antibodi dan makrofag, membentuk sawar
imunologik pada daerah ini. Lamina
propria menembus ke dalam inti vili
usus, bersama dengan pembuluh darah dan
limfe, saraf, jaringan penyambung,
miofibroblas, dan sel-sel otot polos. Bercak
PEYERI (Peyer’s path). Submukosa pada
bagian permulaan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa bercabang,
bergelung yang bernuara ke dalam kelenjar intestinal yang disebut kelenjar duodenum (Brunner), yang berfungsi menghasilkan
glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung, melindungi mukosa duodenum
terhadap pengaruh asam getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke pH optimal
untuk kerja enzim-enzim penkreas. Sel-sel kelenjar Brunner mengandung
uragastron yaitu suatu hormon yang menghambat sekresi asam klorida lambung. Disamping
kelenjar duodenum, submukosa usus halus sering mengandung nodulus limfatikus.
Pengelompokkan nodulus ini membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.
12. Pembuluh
dan saraf usus halus
Pembuluh darah yang
memberi makan usus halus dan berperanan menyingkirkan hasil-hasil pencernaan
yang diabsorpsi menembus lapisan otot dan
membentuk pleksus yang luas dalam
submukosa. Dari submukosa, cabangcabangnya meluas ke lapisan otot, lamina
propria, dan vili. Tiap-tiap vilus
menerima, menurut ukurannya, satu cabang
atau lebih yang membentuk jala-jala
kapiler tepat di bawah epitel. Pada
ujung vili, terbentuk satu venula atau lebih dari
kapiler-kapiler tersebut dan berjalan
dengan arah yang berlawanan, mencapai venavena pleksus submukosa.
Pembuluh-pembuluh limfe usus halus mulai sebagai tabung buntu dalam inti vili.
Struktur ini, di samping lebih besar dari kapiler darah, sukar ditemukan karena
dindingnya seringkali kolaps. Pembuluh-pembuluh ini berjalan ke daerah lamina
propria di atas muskularis mukosae, di mana mereka membentuk pleksus. Dari
sisni mereka menuju ke submukosa, dimana mereka mengelilingi nodulus limfe.
Pembuluh-pembuluh ini beranastomosis dengan cepat dan meninggalkan usus halus
bersama dengan pembuluh darah.
Persarafan usus halus
terutama dibentuk oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Komponen intrinsik
dibentuk oleh kelompokan neuron-neuron yang membentuk pleksus mesenterikus
(Auerbach), terdapat antara lapisan otot luar longitudinal dan lapisan otot
dalam yang sirkuler dan pleksus submukosa (Meissner) dalam lapisan submukosa.
Pleksus-pleksus mengandung beberapa nauron sensoris yang menerima informasi
dari ujung-ujung saraf dekat lapisan epitel dan dalam lapisan otot polos
mengenai susunan isi usus halus (kemoreseptor) dan dinding usus halus (mekanoreseptor).
Sel-sel saraf lain adalah efektor dan mempersarafi lapisan otot dan sel-sel
yang mengsekresi hormon. Persarafan intrinsik yang dibentuk oleh pleksus-pleksus
ini bertanggung jawab akan kontrkasi usus halus yang terjadi pada keadaan di
mana persarafan ekstrinsik tidak ada sama sekali (total). Persarafan ekstrinsik
dibentuk oleh serabut-serabut saraf kolinergik parasimpatis preganglionik yang
merangsang aktivitas otot polos usus halus dan oleh serabut-serabut saraf simpatis postganglionik yang menekan aktivitas
otot polos usus halus.
13. Histofisiologi
Dalam usus halus,
proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya diabrsorpsi. Pencernaan lipid
terutama terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan empedu. Pada manusia,
sebagian besar absorpsi lipid terjadi dalam duodenum dan jejenum bagian atas.
Asam-asam amino dan monosakarida yang berasal dari pencernaan protein dan
karbohidrat diabsorpsi olah sel-sel epitel oleh transport
aktif tanpa
korelasi morfologis yang dapat dilihat.
Proses lain yang
mungkin penting akan fungsi usus halus adalah pergerakan berirama vili. Ini
akibat kontraksi dari 2 sistem sel yang terpisah. Sel-sel otot polos berjalan
vertikal antara muskularis murkosae dan ujung vili dapat berkontrkasi dan memeprpendek
vili.
14. Usus
Besar
Usus besar terdiri atas
membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian
distalnya (rektum) dan tidak terdapat
vili usus. Epitel yang membatasi adalah
toraks dan mempunyai daerah kutikula
tipis. Fungsi utama usus besar adalah:
1. untuk absorpsi air dan pembentukan
massa feses,
2. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa,
dengan demikian banyak sel goblet.
15. Sel-sel endokrin saluran pencernaan.
Saluran pencernaan
mengandung sel-sel pembentuk polipeptida endokrin
(hormon) berikut: sekretin, glukagon,
somatostatin, dan peptida menghambat
lambung. Kolesistokinin – hormon yang
dihasilkan oleh mukosa usus halus dan
secara fisiologis penting untuk merangsang
kontraksi kandung empedu dan sekresi pankreas. Aktivitas sistem pencernaan
diawasi oleh sistem saraf dan diatur oleh sistem hormon-hormon.
B. Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi
jantan meliputi :
1.
Kelenjar utama
yang dinamakan testis,
2.
Saluran-saluran
reproduksi jantan antara lain :
-
Saluran
intratestis (tubuli rekti, rete
testis, vas eferens dan epididimis),
-
Saluran ekstra
testis (vas deferens dan urethra)
3.
Kelenjar-kelenjar
tambahan meliputi : kelenjar vesika
seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar
bulbouretralis
4.
Organ
genitalia eksterna yaitu penis dan skrotum.

Ø Histologi
Testis
Testis merupakan kelenjar tubuler kompleks yang
mempunyai 2 fungsi yaitu hormonal dan reproduksi. Testis dikelilingi oleh
kapsul jaringan ikat yang disebut tunika albuginea. Tunika ini mengalami penebalan pada bagian
posterior testis yang disebut mediastinum testis. Testis dibagi menjadi ruang-ruang piramidal
sebanyak sekitar 250 ruang yang disebut lobulus testis. Diantara lobulus-lobulus terdapat septa
(septa ini sering tidak sempurna).
Tiap-tiap lobulus terdapat 1- 4
tubulus seminiferus. Testis diselubungi
oleh kantong serosa yang berasal dari peritoneum yang dinamakan tunika
vaginalis. Tunika ini terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan viseral (bagian dalam) dan lapisan parietal.
![]() |
Pada mulanya testis
terdapat di dinding dorsal rongga peritoneum dan kemudian masuk ke dalam
kantung yang disebut skrotum.
Ø Tubulus Seminiferus
Tubulus seminiferus
merupakan tubulus kontortus yang membentuk jala-jala, berujung buntu dan pada ujung yang lain
menjadi saluran yang lurus dengan lumen menyempit dan dibatasi oleh epitel
selapis kubus berflagela satu. Bentuk
yang lurus ini dinamakan tubulus rektus.
Bagian ini pendek yang bermuara pada saluran-saluran yang beranastomose
yang dinamakan rete testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari epitel germinativum, lamina basalis dan tunika jaringan ikat
fibrosa. Epitelnya terdiri atas 2 jenis
sel yaitu sel sertoli dan sel –sel
spermatogenik (tersusun atas 4-8 lapisan).
Urutan sel-sel dari lapisan yang paling dasar hingga mendekati lumen adalah sebagai berikut
spermatogonium, spermatosit primer,
spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa.
Sel sertoli merupakan sel-sel piramidal panjang yang
saling bertautan dengan sel-sel spermatogenik.
Dasar sel sertoli melekat pada lamina basalis, sedang ujung apikalnya menjorok ke dalam
lumen tubulus seminiferus. Akibat adanya
sel-sel spermatogenik di sisi lateral dan di sisi basalnya, maka
bentuk sel sertoli menjadi tidak teratur.
Sel-sel sertoli mempunyai 3 fungsi utama:
1.
pelindung, penyokong dan pengatur
nutrisi sel-sel spermatogenik yang
sedang berkembang
2.
fagositosis, yaitu dengan membuang kelebihan sitoplasma
spermatid dalam proses spermiogenesis
(perubahan bentuk spermatid menjadi spermatozoa),
3.
sekresi,
yaitu sel-sel sertoli mensekresi sekret untuk transpor spermatozoa.
Ø Histologi
Saluran Reproduksi Jantan
Saluran reproduksi jantan dibagi dua yaitu saluran
intratestis dan saluran ekstra testis. Saluran intratestis meliputi tubulus
rektus, rete testis, vas eferens dan
epididimis. Saluran ekstratestis
meliputi vas deferens dan urethra.
Tubulus rektus
merupakan bagian akhir dari tubulus seminiferus yang merupakan saluran pendek
yang lurus dengan lumen sempit. Saluran
itu dilapisi oleh sel epitel kubus dengan satu flagel. Tubulus rektus bermuara pada rete testis yang
merupakan saluran-saluran yang saling beranastomose. Rete testis terdapat pada
bagian mediastinum testis. Rete testis
dilapisi oleh epitel kubus. Dari rete
testis keluar 10-20 vas eferens. Vas eferens terletak dalam jaringan ikat
epididimis. Vas eferens dilapisi oleh
epitel kubus dan berganti menjadi epitel kolumnar bersilia setelah mendekati
epididimis. Di bawah lapisan epitel
terdapat lamina propria dengan jaringan ikat padat dan otot polos (lamina
proprianya tipis.).
Epididimis merupakan satu saluran panjang yang sangat
berkelok-kelok, dengan panjang sekitar
4-6 m. Saluran yang panjang ini dengan
jaringan ikat membentuk korpus dan ekor
epididimis. Kaput epididimis berisi vas
eferens. Epididimis dilapisi oleh epitel berlapis semu kolumnar dengan sel-sel
kolumnar yang sangat panjang dengan
stereosilia yang panjang dan sel basal yang kecil. Lamina proprianya tipis dengan jaringan ikat dan otot polos. Segerombol spermatozoa dapat terlihat dalam
lumen epididimis.
Vas deferens merupakan saluran lurus yang keluar
dari ekor epididimis. Saluran ini
berdinding tebal terdiri dari lapisan mukosa yang tipis dan lapisan muskularis
yang tebal dan dikelilingi oleh lapisan adventisia. Lapisan epitelnya merupakan epitel berlapis
semu kolumnar dengan stereosilia.. Sel kolumnarnya lebih pendek dibandingkan
sel kolumnar epididimis. Lapisan ototnya
terdiri dari lapisan otot polos yang tipis dengan susunan longitudinal di
bagian dalam dan luar dan tengahnya merupakan lapisan otot yang tebal dengan
susunan sirkuler. Lapisan mukosanya pada vas deferens awal membentuk vili-vili
sederhana, tetapi pada bagian
ampula, vas deferens melebar, dan terdapat vili-vili yang membentuk
kripta-kripta yang bercabang-cabang sehingga lumennya semakin besar. Bagian yang membentuk kripta-kripta itu
merupakan kelenjar yang menghasilkan sekret yang penting untuk kehidupan
spermatozoa. Pada bagian akhir
ampulla, saluran itu bersatu dengan
kelenjar vesikula seminalis dan
selanjutnya salurannya mengecil dan masuk ke dalam prostat dan bermuara pada
urethra. Bagian yang masuk prostat dinamakan duktus ejakulatorius, dengan lapisan mukosa sama dengan pada
ampula tetapi tanpa lapisan otot.
Ø Histologi Kelenjar-Kelenjar Reproduksi Jantan
Kelenjar-kelenjar reproduksi jantan
meliputi vesikula seminalis, prostat dan bulbourethralis. Vesikula seminalis
terdiri dari 2 saluran yang sangat berkelok-kelok dengan panjang 15 cm. Lapisan mukosa dibatasi oleh epitel berlapis
semu silindris. Lapisan epitelnya membentuk kripta-kripta yang saling
beranastomose. Epitel terdiri dari
sel-sel basar dan lapisan sel kubus atau silindris pendek, yang kaya dengan granula sekret. Lamina proprianya kaya dengan serabut elastin
dan dikelilinggi oleh lapisan otot polos yang tipis. Pada
lapisan ototnya terdapat serabut-serabut saraf dan ganglia
simpatis. Sekresi yang tertimbun dalam
kelenjar dikeluarkan waktu ejakulasi oleh kontraksi otot polos.
Prostat
merupakan kumpulan 30 – 50 kelenjar tubulo-alveoler bercabang yang
saluran keluarnya bermuara pada urethra pars prostatika. Prostat menghasilkan cairan prostat yang disimpan
dan dikeluarkan pada waktu ejakulasi.
Prostat dikelilingi oleh kapsula fibroelastis yang kaya akan otot
polos. Kelenjar prostat dibagi menjadi 3
struktur yaitu kelenjar mukosa, kelenjar
submukosa dan kelenjar utama.
Kelenjar-kelenjar itu bermuara pada urethra pars prostatika. Pada usia di atas 40 tahun, kelenjar mukosa dan submukosa sering
mengalami hipertrofi. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan urethra.
Kelenjar bulbouretralis merupakan bentukan seperti kacang polong yang
terletak di belakang uretra pars membranosa dan bermuara ke dalam uretra
tersebut. Kelenjarnya merupakan kelenjar
tubuloalveoler. Kelenjar dikelilingi
oleh jaringan ikat dan otot lurik. Unit
sekresinya bervariasi struktur dan ukuran.
Kebanyakan merupakan alveoli dan yang lain merupakan tubular. Sekresinya
terutama adalah mucus. Sel-sel
sekretori berbentuk kubus atau silindris pendek.
Kelenjar
litter terletak di bawah lamina propria uretra dan di atas trabekula. Kelenjar ini dilapisi oleh sel-sel epitel
berlapis silindris atau berlapis semu
silindris, dengan sel-sel superfisialnya
menghasilkan mukus.
Ø Histologi
Penis
Penis terdiri atas 3 massa silindris
dari jaringan erektil, uretra dan
diluarnya diliputi dengan kulit (terdiri dari epidermis dan dermis). Jaringan
erektil meliputi sepasang korpus
kavernosum dan korpus spongiosum yang di dalamnya terdapat uretra.
Di bagian luar korpus dikelilingi oleh jaringan
ikat padat yaitu tunika albuginea.
Di luar tunika albuginea terdapat jaringan ikat longgar dan
Di dalam korpus terdapat banyak trabekula (gabungan jaringan ikat kolagen, elastin dan
otot polos). Di tengah korpus
kavernosum terdapat arteri.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,
dkk., 2003. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Junqeira,
L.C. & Jose Carneiro, 1980. Basic Histology. Lange Medical Publications,
California.
Raven,
P.H., and Johnson, G.B., 1986. Biology. Times Mirror/ Mosby College Publishing.
Wikipedia,
2012. Histologi Sistem Pencernaan. http://id.wikipedia.org. diakses pada
tanggal 22 Desember 2012, pukul 20.00 WITA.
Wikipedia,
2012. Histologi Sistem Reproduksi. http://id.wikipedia.org. diakses pada
tanggal 22 Desember 2012, pukul 20.05 WITA.
ᐈ casino site ᐈ casino site ᐈ casino site 2021
BalasHapusᐈ casino site ᐈ casino site 2021 ✓ The best casino sites in luckyclub the UK ✔️ Top rated casino sites ✔️ Sign up today!