Jumat, 10 Mei 2013

Pembuatan Preparat Dengan Metode Parafin



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan. Beberapa metode yang dikenal dalam pembuatan preparat tumbuhan, yaitu metode parafin, metode squash, metode asetolisis, metode maserasi dan metode whole mount. Laporan ini melaporkan beberapa hasil pembuatan preparat dengan metode-metode tersebut, kecuali metode whole mount (Maximilian, 2011).
Tubuh hewan secara morfologi terdiri atas unit sel, dan masing-masing sel dengan mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel. Di dalam tubuh hewan sel-sel ini terdapat dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional berbeda dengan kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut dikenal dengan jaringan (Sumardi, 2002).
Jaringan dalam bahasa Perancis adalah "tissue" yang pertama kali digunakan oleh Bichat seorang ahli anatomi dan fisiologi dari Perancis yang terkesan oleh ragam anyaman yang dijumpainya sewaktu mendeteksi tubuh. Observasi mikroskop pada jaringan yang berbeda memastikan bahwa satuan terkecil dari jaringan dibentuk oleh sel, sel inilah merupakan struktur terkecil yang membentuk tubuh manusia, hewan dan tumbuhan (Lianury, 2000).
Pembuatan preparat dengan metode parafin dapat pula dilakukan pada jaringan tumbuhan. Oleh karena itu untuk mengetahui tahapan pembuatan preparat  dengan metode parafin maka dilakukan percobaan pembuatan preparat melintang dengan metode parafin.

1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan preparat pada daun tanaman jagung Zea mays dengan metode parafin.

1.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai pembuatan preparat dengan metode parafin, dilaksanakan pada hari Rabu, 19  September 2012, pukul 11.40-14.30 WITA yang bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Preparat berdasarkan sifat ketahanannya dapat dibedakan menjadi preparat sementara (preparat basah), preparat semipermanen (1/2 awetan) dan preparat permanen (awetan). Preparat sementara bersifat tidak tahan lama dan biasanya hanya untuk sekali pengamatan. Preparat ini menggunakan medium air atau bahan kimia yang mudah menguap. Preparat semipermanen menggunakan media gliserin dan mampu bertahan untuk sekitar seminggu penyimpanan. Preparat permanen atau preparat awetan merupakan preparat yang diawetkan menggunakan balsam, gliserin jelly, lactophenol atau senyawa lain sebagai agen mountingnya. Sehingga preparat permanen dapat bertahan beberapa lama (Maximilian, 2011).
Banyak cara dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan, diantaranya adalah dengan metode parafin. Metoda ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan medode ini (Praptomo, 2010).
Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Preparat parafin ini dilakukan penyelubungan karena jaringan merupakan bahan yang lunak. Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan mikrotom sebagai alat pemotongnya. Dilakukan infiltrasi agar parafin yang masuk berfungsi sebagai penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu diembedding (proses penanaman) yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah diwarnai lalu dimounting, diberi perekat entellan, dan diberi label nama (Tjiptrosoepomo, 1993).
Irisan utuh suatu specimen sangat bermanfaat bagi studi pembelajaran. Dengan adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan jenis sel yang ada dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat utuh diupayakan permanen atau awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali. Dalam pembuatan preparat hendaknya dipahami karakteristik tanaman yang akan diambil sebagai spesimen. Karakteristik tersebut dapat berdasarkan atas pengelompokan jenis batang, termasuk dalam herba atau berkayu kemudian dilanjutkan berdasarkan penentuan tumbuhan tersebut tergolong dalam angiospermae atau gymnospermae dan selanjutnya tumbuhan itu tergolong dalam tumbuhan dikotil atau monokotil. Perbedaan karakteristik tumbuhan yang akan diambil sebagai spesimen menentukan larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunkan dalam pembuatan preparat (Setjo, 2004).
Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Setjo, 2004).
Metode paraffin merupakan metode pembuatan preparat awetan yang banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan yaitu proses embedding lebih cepat dan lebih simpel, material embedding dapat disimpan dalam waktu yang lama pada kondisi kering, serta dapat membuat irisan yang tipis. Embedding menggunakan paraffin sangat baik digunakan untuk studi embriologi, anatomi dan sitologi (Khasim, 2002).
Parafin sebagai medium embedding merupakan media yang memudahkan untuk merubah dari bentuk cair ke bentuk padat. Media embedding dibedakan menjadi dua berdasarkan fungsinya, yaitu berfungsi untuk penetrasi sel-sel dan berfungsi untuk merusak saja (Anonim, 2011).
Prosedur pembuatan sediaan menggunakan metode parafin pada umumnya sama baik pada jaringan hewan maupun tumbuhan. Pertama–tama organ yang akan dijadikan preparat diisolasi terlebih dahulu, kemudian difiksasi minimal 24 jam. Fiksasi ini bertujuan untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup. Selanjutnya yaitu didehidrasi dengan alkohol bertingkat selama 30 menit. Dehidrasi ini bertujuan untuk menarik air yang masih terdapat dalam jaringan. Kemudian, diclearing dengan xilol murni juga selama 30 menit yang berfungsi untuk membersihkan sisa alkohol yang masih terdapat dalam jaringan untuk digantikan dengan xilol. Selanjutnya diinfiltrasi agar parafin yang masuk berfungsi sebagai penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu diembedding (proses penanaman) yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah diwarnai lalu dimounting, diberi perekat entellan, dan diberi label nama (Santoso, 2002).
Pada organ hewan, Embedding merupakan proses pelilinan suatu organ dengan menggunakan kotak kertas. Proses ini memudahkan dalam membuat irisan yang sangat tipis dengan menggunakan mikrotom. Beberapa keuntungan menggunakan kotak kertas dalam embedding yaitu bisa membuat arah sayatan dan menandai suatu jaringan. Jaringan atau sampel akan ditanam di ketas kotak, dengan terlebih dahulu parafin membeku pada bagian dasar dalam kotak dan setelah penempelan jaringan dilanjutkan dengan penutupan dengan parafin sampai membeku (Al-farizi, 2011).
Proses penyayatan (sectioning) diawali dengan pengirisan blok parafin dengan scalpel, sehingga permukaan blok parafin yang akan diiris dengan mikrotom berbentuk segi empat. Letak mata pisau pada mikrotom menentukan hasil yang diperoleh. Hasil sayatan diambil dengan menggunakan kuas secara hati-hati. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek dengan menggunakan meyer albumin. Kaca obyek tersebut diletakkan di atas meja penangas ( haeting plate). Meyer albumin memiliki kandungan putih telur dan gliserin dan merupakan pelakat alami yang sangat baik (Hugo 2008).Proses pewarnaan dilakukan setelah preparat dideparafinasi dengan merendam preparat pada xylol. Salah satu pewarna metode parafin pada jaringan hewan adalah hematoxylin dan Eosin. Zat warna hematoxilin ini bersifat aquaosa (Al-farizi, 2011).
Mikrotom ada beberapa macam yaitu (Al-farizi, 2011) :
1.    Mikrotom geser (sliding mikrotome). Pada alat ini, jaringan tetap berada pada tempatnya, sedang pisaunya yang bergerak. Pada umumnya jaringan yang akan dipotong dengan mikrotom geser adalah jaringan yang tanpa penanaman (embedding) terlebih dulu. Disini tidak akan terjadi pita irisan. Jaringan yang akan diiris sebelumnya dapat diwarnai dengan pewarnaan tunggal, ataupun tanpa pewarnaan terlebih dahulu. Metode ini banyak dikerjakan untuk pengirisan jaringan tumbuh-tumbuhan.
2.    Mikrotom beku (freezing microtome). Alat ini dihubungkan dengan tabung berisi CO2 dingin, melalui suatu pipa karet. Mikrotom ini, keadaannya sama dengan mikrotom geser yaitu jaringan tetap berada pada tempatnya sedang pisau mikrotomnya yang bergerak ke muka dan ke belakang.
3.    Mikrotom putar (rotary microtome). Berbeda dengan 2 jenis mikrotom diatas, yaitu bahwa pada mikrotom ini, pisau tetap pada tempatnya sedang jaringannya yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini yang biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin (Rina, 2010).





























   
 Kelebihan dari metode parafin ini adalah (Maximilian, 2011) :
1.    Irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku maupun seloidin, dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron.
2.    Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah.
3.    Prosesnya lebih cepat dari metode lain.
Kelemahan dari metode ini adalah (Maximilian, 2011) :
1.    Jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
2.    Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini.
3.    Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.
BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu mistar, silet, pipet tetes, botol kaca, gelas ukur, botol sampel.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu jagung Zea mays, aquades, xylol, alkohol 96%, formalin, parafin cair, asam asetat glacial, box kecil, aluminium foil dan tissue.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini yaitu :
I.     Pembuatan Larutan FAA
1. Asam asetat Glacial     = 5 ml
2. Formalin                       = 5 ml
3. Alkohol                        = 90 ml
II. Pengenceran Alkohol Bertingkat
1.    Rumus : V1.M1 = V2.M2
2.    Dilakukan pengenceran alkohol 90% yang dimana diencerkan dari alkohol 96% dengan volume aquades yang digunakan yaitu 6,25 dan volume alkohol yaitu 93,75
3.    Dilakukan pengenceran alkohol 80% yang dimana diencerkan pula dari alkohol 96% dengan volume aquades yang digunakan 16,67 dan volume alkohol yaitu 83,33
4.    Dilakukan lagi pengencaran alkohol 70% yang dimana diencerkan pula dari alkohol 96% dengan volume aquades yang digunakan 27,09 dan volume alkohol yaitu 72,91.
III.   Pembuatan Preparat Permanen
1.      Fiksasi FAA selama 1 jam yang dimana fiksasi ini bertujuan untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup.
2.      Dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70%, 80%, 90%, dan 96% masing-masing 10 menit. Dehidrasi ini bertujuan untuk menarik air keluar dari jaringan dan akan digantikan dengan alkohol
3.      Dealkoholisasi dengan menggunakan alkohol-xylol perbandingan 3:1, 1:1, 1:3 masing-masing 5 menit. Dealkoholisasi ini bertujuan untuk menarik alkohol keluar dari jaringan dan digantikan dengan xylol.
4.      Dilakukan penjernihan dengan menggunakan xylol murni. Penjernihan ini dilakukan 2x yaitu xylol murni I 5 menit dan xylol murni II 5 menit. Penjernihan ini dilakukan untuk menarik sisa alkohol yang masih terdapat dalam jaringan.
5.      Infiltrasi terbagi atas infiltrasi I dan II. Infiltrasi I dilakukan dengan menggunakan xylol-parafin dengan perbandingan 1:9 kemudian dilakukan infiltrasi II yaitu dengan menggunakan parafin murni selama 30 detik. Infiltrasi ini bertujuan untuk mengganti campuran xylol/parafin dengan parafin murni.
6.      Setelah itu dilakukan penanaman/embedding menggunakan parafin yang padat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Skema Bagan Kerja Berdasarkan Prosedur





















Daun jagung Zea mays
 






Fikasasi
 





Pencucian dan dehidrasi
 



alkohol bertingkat (70%, 80%, 90%, dan 96%) masing-masing 10 menit
 






Dealkoholisasi
 






 




























IV.1.2 Skema Bagan Kerja Berdasarkan Literatur







Daun jagung Zea mays
 






Fikasasi
 
 
































Pencucian dan dehidrasi
 



alkohol bertingkat (70%, 80%, 90%, dan 96%) masing-masing 30 menit
 






Dealkoholisasi
 















Perekatan
 









Labelling
 
 














































Keterangan:
1.      Jaringan pembuluh
2.      Korteks
3.      epidermis
 
IV.1.3 Gambar Preparat









3
 




Gambar 2. Penampang melintang daun jagung Zea mays



 
 








IV.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan preparat daun jagung Zea mays dengan menggunakan metode parafin. Daun jagung Zea mays terlebih dahulu dipotong secara melintang dengan ukuran 2 mm.
Tahapan selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi selama 30 menit. Sebenarnya berdasarkan literatur fiksasi pada daun jagung Zea mays dilakukan minimal 24 jam tetapi karena waktu yang tidak memadai dan tujuan awal hanya ingin mengetahui tahapan dalam pembuatan preparat dengan metode parafin ini maka waktu yang digunakan yaiutu 30 menit. Fiksasi pada tahapan ini bertujuan untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup.
Setelah daun jagung Zea mays difiksasi, tahapan selanjutnya yaitu pencucian dan dehisdrasi. Pada tahapan dehidrasi ini diberikan alkohol bertingkat dari 70 %, 80 %, 90 %, hingga 96 %, yang dimana tiap tingkatan alkohol dilakukan dehidrasi selama 10 menit. Pemberian alkohol bertingkat dari konsentrasi rendah hingga konsentrasi tinggi bertujuan agar selnya tidak lisis atau rusak. Alkohol bertingkat didapatkan melalui pengenceran dengan rumus V1.M1 = V2.M2. Seperti halnya pada fiksasi tadi, berdasarkan literatur dehidrasi ini minimal dilakukan 30 menit tipa tingkatan alkohol. Tahapan dehidrasi ini bertujuan untuk menarik air keluar yang berada dalam jaringan untuk digantikan dengan alkohol.
Tahapan selanjutnya yaitu dealkoholisasi dengan menggunakan alkohol-xylol perbandingan 3:1, 1:1, 1:3. Tiap perbandingan alkoho-xylol dilakukan selama 5 menit tetapi berdasarkan literatur minimal dilakukan 30 menit. Sama halnya dengan dehidrasi pada tahapan dealkoholisasi ini dilakukan dari volume alkohol yang terbanyak. Hal tersebut bertujuan agar sel atau jaringan tidak rusak. Dealkoholisasi ini bertujuan untuk menarik keluar alkohol yang berada dalam jaringan untuk digantikan oleh xylol. Hal tersebut dilakukan karena xylol yang mampu berikatan dengan parafin sedangkan alkohol tidak.
Selanjutnya yaitu penjernihan dengan menggunakan xylol murni. Penjernihan ini dilakukan 2x yaitu xylol 1 dan 2 selama 5 menit. Sama halnya dengan tahapan sebelumnya, lama penjerihan menggunakan xylol murni berdasarkan literatur yaitu 30 menit. Penjernihan bertujuan untuk memebersihkan sisa-sisa alkohol yang masih terdapat dalam jaringan. Selain itu penjernihan dilakukan dengan menggunakan xylol murni karena alkohol tidak dapat berikatan atau bercampur dengan parafin maka digantikan dengan xylol yang dapat berikatan dengan parafain melalui proses dealkoholisasi dan penjernihan
Tahapan selanjutnya yaitu infiltrasi. Infiltrasi ini terbagi atas 2 yaitu dengan menggunakan xylox-parafin dengan 1:9 dan dengan menggunakan parafin murni. Infiltrasi ini dlakukan untuk menggantikan xylol dengan parafin murni. Infiltrasi berdasarkan literatur dilakukan selama 24 jam. Setelah infiltrasi dilakukan penanaman atau biasa juga disebut dengan embedding. Embedding dilakukan dengan menggunakan parafin yang padat.
Dalam percobaan ini tahapan yang dilakukan hanya sampai embedding/penanaman karena tidak terdapatnya mikrotom yang dapat digunakan pada tahap pengirisan. Tetapi, berdasarkan literatur tahapan pembuatan preparat dengan metode parafin ini setelah embedding yaitu pengirisan dengan mikrotom dilanjutkan dengan perekatan menggunakan campuran gliseri/albumin ayng ditambahkan dengan air kemudian setelah itu dilakukan pewarnaan menggunakan safranin 1% dalam aquades.













BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan mengenai pembuatan preparat melintang dengan menggunakan metode parafin dapat diketahui cara pembuatan preparat yaitu dimulai dengan pemotongan daun jagung Zea mays, fiksasi, pencucian dan dehidrasi, dealkoholisasi, penjernihan, infiltrasi, dan penanaman/embedding.

V.2 Saran
Adapun saran untuk percobaan ini yaitu penyediaan mikrotom agar semua tahapan dalam pembuatan preparat dengan metode parafin dapat dilakukan.













DAFTAR PUSTAKA

Amelia. 2005. Persamaan dan Perbedaan Tehnik Pembuatan Preparat Pada Hewan dan Tumbuhan Menggunakan Metode Parafin. http://amirulrosid.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 September 2012, pukul 17.05 WITA.

Arimurti. 2001. Laporan Praktikum Mikroteknik. Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta.

Surya. 2001. Histologi. Universitas Hasanuddin Press, Makassar.

Botanika. 2008. Beberapa Metode Pembuatan Preparat Tumbuhan. http://maximiliancortes.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 September 2012, pukul 16.59 WITA.

Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Universitas Negeri Malang, Malang.

LAMPIRAN

 

1.      Rumus Pengenceran : V1.M1 = V2.M2

*      Pengenceran 70 %

V1.M1 = V2.M2

V1 x 96  = 100 x 70

96V1 = 7000

V1   =  7000/96

       = 72,91

Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 72,91

                                                        = 27,09

*      Pengenceran 80 %

V1.M1 = V2.M2=

V1 x 96 = 100 x 80

96V1 = 8000

V   = 8000/96

       = 83,33

Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 83,33

                                                        = 16,67

*      Pengenceran 90 %

V1 x 96 = 100 x 90

96V1 = 9000

V = 9000/96 = 93,75

Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 93,75= 16,25

Perbandingan alkohol xylol

*      Alkohol-xylol 3:1

Alkohol yang digunakan 7,5 ml dan xylol yang digunakan 2,5 ml

*      Alkohol-xylol 1:1

Alkohol yang digunakan 5 ml dan xylol yang digunakan 5 ml

*      Alkohol-xylol

Alkohol yang digunakan 2,5 ml dan xylol yang digunakan 7,5 ml

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar